Kokor Gola (Proses Menghasilkan Gula Aren)


Sumber foto: https://travel.kompas.com/read/2019/04/29/143700227/ini-wisata-lait-gola-rebok-atau-semut-kolang-di-flores-barat-5-?page=all

Manfaat dari raping (pohon enau) yang pertama yaitu dapat menghasilkan gula merah, orang Kolang biasa menyebutnya dengan gola malang. 

Siprianus Dagu, warga kampung Golo Ndari, desa Golondari Kecamatan Welak, telah menekuni kokor gola sejak tahun 2005. Dalam istilah lokal, beliau berstatus sebagai "ata kokor gola atau ata pante gola" yang berarti orang yang mengelola air enau menjadi gula. Siprianus Dagu, yang kerap disapa Sipri telah menjalankan pekerjaan sebagai ata pante atau kokor gola selama bertahun-tahun, Ia tidak pernah beralih ke pekerjaan lain. Pukul 06.00 pagi, sebagaimana di jam yang sama pada pagi hari-hari sebelumnya, Sipri sudah mulai menapaki kaki dengan jalan berkelok-kelok, dengan tangan kanannya yang legam dan kuat dan tidak peduli dengan embun pagi yang dingin. Di pundak kirinya bertengger sebilah bambu kecil yang kuat. Bambu tersebut hasil karyanya yang selama ini dipakai untuk menampung air enau, yang terbuat dari satu ruas bambu berukuran besar dengan panjang satu meter yang dirapikan sedemikian rupa untuk menampung air enau yang menetes perlahan dari pohon enau tersebut. Orang Kolang biasa menyebut benda tersebut dengan gogong. Gogong sudah dipakai sejak dulu oleh orang Kolang. Ukurannya beragam, tergantung seberapa banyak air enau yang menetes. Pada batang enau sudah tertambat sebuah bambu yang panjang sesuai tinggi pohon enau yang Ia panjat. Bambu tersebut dipakai Sipri sebagai tangga untuk naik sampai bagian tongkol pohon. Tongkol enau ini dalam bahasa lokal disebut Kelo

Sipri mulai naik perlahan dengan menginjakkan kaki pada pangkal bambu yang tersusun rapi di ruas kiri dan kanannya. Pangkal bambu tersebut orang Kolang biasa menyebutnya dengan rede. Pada bagian sisi tangan kirinya tergantung gogong yang dibawanya dari rumah. Kemudian Ia memperhatikan gogong di depannya yang sudah penuh dengan nira. Lalu, Ia melepas ikatan beserta penutup gogong tersebut dari tongkol. Raping (enau) tersebut harus selalu mengecek/dilihat setiap pagi dan sore hari. Setiap pagi dan sore atau pante atau kokor gola melakukan tewa dengan cara memukul-mukul semua bagian tongkol/kelo, yang bertujuan untuk menghasilkan lebih banyak air nira. Tewa adalah proses mememarkan tongkol enau. Tewa menggunakan kayu khusus dipotong pendek yang disebut pasi. Tahap selanjutnya setelah melalui proses tewa ialah paking. Paking merupakan kegiatan dimana ata pante atau kokor gola mengecek keadaan tongkol untuk melihat apakah nira yang biasa disebut minse/mince sudah mulai menetes. Pengecekan ini dilakukan dua kali dalam sehari (pagi dan sore).

Tahap selanjutnya adalah teong gogong. Teong gogong adalah menggantungkan bambu yang telah dibuatnya ke bagian bawah tongkol enau. Sebutan untuk teong gogong ini adalah Pante. Pante adalah rutinitas mengambil gogong yang sudah penuh dengan nira dan menggantikannya dengan gogong yang baru. Setiap pagi dan sore hari, Sipri mengambil air nira dalam gogong yang telah digantung pada bagian tongkol enau atau biasa disebut dengan Pante, dan membawanya pulang ke rumah/pondok. Sesampainya di pondok, Sipri langsung menyalakan api dan meletakkan kuali berukuran besar diatasnya. Kemudian, Ia menuangkan nira dari gogong ke dalam kuali tersebut. Sejak dulu, banyak atau pante atau kokor gola memilih untuk memasak nira di pondok ketimbang dirumah dan satunya adalah bapak Sipri.

Memasak nira biasanya memakan waktu lama, sekitar dua sampai empat jam. Saat nira yang dimasak sudah mendidih dan warnanya sudah mulai menguning atau pante atau kokor gola memasukkan sedikit kemiri atau minyak goreng. Kemiri dan minyak goreng tersebut berfungsi untuk mencegah agar nira tidak meluap dan mengentalkan nira. Saat nira mulai mengental ata pante/kokor gola mengaduk-aduk nira dengan menggunakan kayu. Jika sudah matang, kuali di angkat keluar dari api. Selanjutnya, mengisi gula yang masih berbentuk cairan kental ke dalam kayu yang telah dibuat dalam bentuk kotak yang biasa disebut galang. Kemudian, Sipri mengeluarkan gula dari cetakan kayu yang berbentuk kotak dan memukul bagian belakang cetakan kayu tersebut agar gula cepat keluar. Lalu, Sipri membawa pulang ke rumah gula dengan meletakkannya ke dalam keranjang. Kokor gola menjadi aktivitas ekonomi. Ata pante/kokor gola adalah orang-orang percaya diri. Mereka tidak peduli dengan seberapa kalahnya mereka melawan masifnya produksi gula pasir.

 


Komentar

  1. Dengan membaca tulisan ini saya sudah mengetahui apa saja manfaat dari pohon enau🙏🏼🙏🏼

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembuatan Sapu Ijuk Dari Pohon Enau

Pante Tuak (Proses Menghasilkan Sopi/moke)